Rabu, 30 Maret 2016

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

TAUHID DAN AKIDAH ISLAM
Bab 1
Tauhid dan Akidah Islam
·         Di dunia ini tidak ada manusia yang tidak percaya kepada Tuhan.
ketika Bangsa Arab ditanya “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” mereka menjawab “betul” (Al-Araf [7] : 172)
Manusia komunis dan iblis makhluk terkutuk pun percaya kepada Tuhan.
·         Yang ada adalah manusia kafir (ingkar).
 Kāfir (bahasa Arab: كافر kāfir; plural كفّار kuffār) secara harfiah berarti orang yang menyembunyikan atau mengingkari kebenaran. Dalam terminologi kultural kata ini digunakan dalam agama Islam untuk merujuk kepada orang-orang yang mengingkari nikmat Allah
            - Kafir i’tiqodi yaitu manusia kafir yang menolak beragama islam.
Contohnya meyakini   adanya sekutu bagi Allah dalam mencipta, memberi rizki, menghidupkan, dan mematikan.
- Kafir ‘amali yaitu manusia beriman dan beragama islam tetapi dia tidak mengamalkan ajaran Islam.
Contohnya berzina, berjudi, meminum minuman keras, dll.
·         Makhluk yang kafir adalah manusia dan jin.  Selain manusia dan jin, mereka semua muslim. (al-Isra [17] : 44)
Dalam surat al-Isra ayat 44 bahwa langit dan bumi serta semua yang ada didalamnya beriman dan bertasbih kepada Allah. Manusia, jin dan malaikat bertasbih dengan ucapan dan perbuatan. Selain manusia, jin dan malaikat bertasbih sesuai tugas dan keharusannya. 
Contohnya tumbuhan bertasbih, sekelompok ilmuwan yang mengadakan penelitian mendapatkan suara halus dari sebagian tumbuhan yang tidak bisa didengar oleh telinga biasa. Para ilmuwan selama hampir 3 tahun meneliti fenomena tersebut. Yang mengejutkan, getaran halus ultrasonik yang tertransfer dari alat perekam menggambarkan garis-garis yang membentuk lafadz Allah dalam layar. Para ilmuwan Inggris ini lantas terkagum-kagum dengan apa yang mereka saksikan. Akhirnya orang yang bertanggung-jawab terhadap penelitian ini, yaitu Prof. William Brown ini masuk Islam.
A.     Agama dan Kekuatan Gaib
·         Secara historis dan antropologis, manusia pada zaman primitif sudah bisa mengenal agama dan kekuatan gaib.
-          Metode tradisional : dinamisme, anismisme, dan politeisme.
Dinamisme adalah kepercayaan kepada benda gaib yang dimiliki oleh sebuah benda.
Animisme adalah kepercayaan kepada benda bernyawa atau tidak bernyawa yang dianggap memiliki ruh.
Politeisme adalah keyakinan kepada dewa-dewa yang dianggap memiliki kepribadian.
-          Metode logisrasional : pendapat psikolog dan sosiolog.
Menurut psikolog, pengalaman beragama seseorang disebabkan oleh adanya dorongan dari dalam dirinya untuk berinteraksi dengan kekuatan lain.
Menurut sosiolog, pengalaman beragama seseorang muncul dari fenomena sosial yang mengatur perilaku manusia dengan sistem kepercayaan yang menyatu dalam komunitas moral.
-          Metode akal dan perasaan
Dalam surat Ali Imran ayat 190 bahwa dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.
Manusia diharuskan berpikir tentang alam semesta, manusia dan kehidupan. Usaha ini dilakukan sesuai fitrah manusia, memuaskan akal dan memberi ketenangan hati sehingga bisa melahirkan akidah yang benar.
·         Logika untuk membenarkan keberadaan Allah swt. Sebagai Tuhan yang wajib diibadahi oleh semua makhluk
-           Sesuatu ada karena ada yang menciptakan
Langit, bumi, dan segala sesuatu yang ada didalamnya, mustahil ada bila tidak ada yang menciptakan. Dalam Islam yang menciptakan semua yang ada yaitu Allah Swt.
-           Sesuatu ada karena menciptakan sendiri
Logika ini tidak bisa diterima oleh akal sehat. Jika Allah menciptakan diri-Nya sendiri maka Allah “menciptakan” dan “diciptakan” sehingga Allah memiliki kekuasaan dan kelemahan sekaligus. Jadi, sangat tidak mungkin Allah itu memiliki kelemahan.
-           Tuhan itu ada karena wajib ada
Karena Tuhan dalam agama Islam sebagai agama wahyu. Sumber Islam dari Allah Yang Tidak Terbatas sehingga tidak bisa diteliti karena Allah itu gaib dan tidak termasuk objek penelitian, melainkan Zat yang harus diimani (al-Baqarah [2] : 3)

·         Logika keberadaan hari akhir yang gaib
Karena Allah telah menjadikan dunia sebagai tempat singgah sementara untuk menguji dalam membedakan manusia dengan binatang. Jika ada binatang seperti macan membunuh anak kecil, maka macan itu tidak harus diminta pertanggungjawaban karena ia binatang tidak berakal. Jika manusia yang membunuhnya maka harus diminta pertanggungjawaban, jika dia lari dan bebas dari tuntutan hukum di dunia, dia akan diminta pertanggungjawaban kelak di Hari Akhir. Jika tidak ada Hari Akhir berarti manusia dan binatang itu sama dan tidak ada keadilan.
·         Logika beriman kepada al-Quran dan Muhammad Saw yang gaib
Apakah benar al-Quran itu wahyu dan Muhammad itu utusan Allah? Untuk menjawabnya Taqiyudin al-Nabhani memberi 3 pernyataan :
-          Al-Quran diciptakan orang Arab : ini tidak bisa diterima karena mereka tidak mampu membuktikannya
-          Al-Quran karangan Muhammad : ini tidak bisa diterima karena beliau sendiri orang Arab dan gaya bahasa dalam hadisnya tidak sama dengan Al-Quran.
2 poin tadi tidak bisa diterima sehingga yang benar :
-          Al-Quran berasal dari Allah : ini benar karena Allah itu Maha Segalanya.
·         Jadi, pengalaman beragama seorang manusia dapat mengantarkan dirinya menganut :
-          Agama budaya : muncul dan berkembang dari budaya masyarakat, seperti Hindu & Shinto.
-          Agama filsafat : muncul dan berkembang dari pemikiran filsuf tentang konsep kehidupan, kemudian diikuti publik, melembaga, dan menjadi sebuah kepercayaan, seperti Konfusianisme atau Konghucu, Taoisme, Zoroaster, atau Budha.
-          Agama wahyu : agama yang disampaikan oleh para Nabi dan Rasul Allah yang mendapat wahyu dari-Nya, seperti Yahudi, Nasrani dan Islam.
B.     Tauhid dan Syirik
·         Tauhid adalah pondasi agama Islam yaitu ilmu yang membahas hakikat Allah Yang Satu.
Kata “Satu” adalah terjemah dari kata “Ahad” tetapi kata “Ahad” yang dihubungkan dengan Allah termasuk kata yang tidak bisa diumpamakan dengan sesuatu seperti ditegaskan dalam Thaha ayat 110.
·         Tuhan para Nabi dan Rasul itu satu, yakni Allah Swt.
·         Agama yang dianut oleh para Rasul adalah agama Islam.
Dimulai dari Nuh As., Ibrahim As., Musa As., Isa As., dan Muhammad Saw.
·         Umat para Nabi dan Rasul memiliki sebutan yang berbeda yaitu orang Mukmin, Yahudi, Nasrani dan Shabiin.
Selama mereka beriman kepada Allah Swt., Hari Akhir, dan beramal salih. Allah berjanji bahwa Orang Mukmin, Yahudi, Nasrani, dan Shabiin tidak akan khawatir dan tidak akan bersedih hati, karena dalam agama mereka ada titik temu yaitu berasal dari Tuhan yang sama. Namun janji Allah tidak akan berlaku jika mereka tidak bertauhid atau syirik.
·         Perbuatan syirik manusia kepada Allah Swt :
-          Pengikut agama Zoroaster : menyembah api
Disekitar Persia ada agama Majusi yang menyembah api (Zoroaster), hal ini tidak bisa dilepaskan dari Nabi Ibrahim As., yang tidak mempan dibakar api ketika dihukum oleh Raja Namrud sehingga Ibrahim disebut dengan Ibrahim Zerdascht (Ibrahim teman api). Maka api dijadikan sarana beribadah oleh pengikut agama Zoroaster.
-          Kaum Shabiin : menyembah malaikat
Membelokan ajaran dari menyembah Allah menjadi menyembah Malaikat.
-          Pengikut Yahudi : mengangkat uzair anak Allah (at-Taubah ayat 30)
-          Pengikut Nasrani : menyebut Isa As anak allah (at-Taubah ayat 30)

C.     Akidah Islam
·         Percaya – bertauhid – orang mukmin
Orang muslim yang percaya terhadap Allah swt. Belum dikatakan orang mukmin apabila tidak bertauhid kepada Allah dengan kesaksian tidak ada Tuhan selain Allah dengan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu.
·         Ja’far bin Jarir : beriman kepada allah harus dijadikan aqidah yang mengikat seluruh aktivitas muslim.
·         Kata Allah berarti yang diibadahi
·         Nabi Isa : Allah adalah Tuhannya tuhan-tuhan
Tuhan-tuhan ilegal yang disembah manusia seperti malaikat, jin, manusia, batu, pohon atau sesuatu yang lain yang ada dilangit dan dibumi itu adalah makhluk Allah yang tidak bisa melepaskan diri dari ketergantungan kepada Allah.




D.     Kebutuhan manusia terhadap Islam
1.      Berkaitan dengan perasaan manusia yang membutuhkan Pencipta.
Kebutuhan ini sudah menjadi fitrah manusia ditegaskan oleh Allah dalam ar-Rum ayat 30 yang artinya “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui, “
2.      Dianalisis dari istilah Insan.
Insan adalah sebutan untuk manusia. Allah telah mengajarkan kepada manusia berupa ilmu pengetahuan yang menjadi sarana untuk mengantarkan dia mengenal Allah melalui ciptaan-Nya. (al-Alaq ayat 5)
Dalam ayat lain yaitu as-Syams ayat 7-10 ditemukan istilah nafs (jiwa) yang diciptakan Allah dalam keadaan yang sempurna. Jiwa ini meemungkinkan mendorong manusia berbuat baik dn buruk. Oleh karena itu jiwa dianjurkan untuk diperhatikan dengan benar.
3.      Adanya tantangan dari dalam dan luar diri manusia.
-          Tantangan dari dalam diri manusia bisa berupa bisikan setan. Firman Allah dalam (Al-Isra: 53) yang artinya :
 “Dan katakanlah kepada para hamba-Ku hendaknya mereka mengatakan perkataan yang lebih baik, sesungguhnya syaithan itu melakukan hasutan di antara mereka. Sesungguhnya syaithan adalah musuh yang nyata bagi manusia.”
-          Tantangan dari luar diri manusia, bisa berupa rekayasa manusia untuk memalingkan umat manusia dari Allah. Firman Allah dalam surat al-Anfal ayat 36 yang artinya :
Sesungguhnya orang-orang yang kafir menafkahkan harta mereka untuk menghalangi (orang) dari jalan Allah. Mereka akan menafkahkan harta itu, kemudian menjadi sesalan bagi mereka, dan mereka akan dikalahkan. Dan ke dalam Jahannamlah orang-orang yang kafir itu dikumpulkan.

Kebutuhan manusia terhadap Islam Menurut Yusuf Qardhawi
1.      Kebutuhan akal terhadap pengetahuan eksistensi terbesar
Betapapun cerdasnya manusia, jika hanya dengan akalnya ia tak akan bisa menjawab dengan pasti pertanyaan: darimana ia berasal?, kemanakah ia setelah mejalani hidup ini? dan untuk apa ia hidup? Jawaban pasti terhadap pertanyaan-pertanyaan di atas, hanya bisa didapatkan melui agama dan itu pun tidak semua agama. Sebab pada hakikatnya jawaban pasti itu adalah berasal dari Tuhan yang menciptakan manusia dan jagat raya ini. Dan saat ini hanya Islamlah yang mempunyai sumber autentik firman Tuhan, yaitu Al-Qur’an. Selain Al-Qur’an semua sudah tercampur denganperkataan manusia, bahkan ada yang murni hasil karya manusia namun dianggapfirmanTuhan.
2.      Kebutuhan fitrah manusia
Bukti yang paling jelas menunjukkan bahwa secara fitrah manusia butuh terhadap agama adalah kenyataan bahwa semua bangsa mengenal kepercayaan terhadap dzat yang dianggap agung. Baik itu bangsa yang primitif maupun yang berperadaban, yang di barat maupun yang di timur, yang kuno maupun yang modern.
3.      Kebutuhan terhadap kesehatan jiwa dan kekuatan rohani
Kehidupan manusia tak selamanya mulus tanpa kerikil dan batu sandungan. Disaat jiwa sedang dalam kondisi lemah seperti itulah semakin terasa ia membutuhkan kekuatan yang bisa mengembalikan rasa bahagia, tentram dan damai yang hilang. Atau paling tidak ia bisa menghadapi semua itu dengan jiwa yang besar, ketabahan dankesadaran. Keyakinan dan keimanan terhadap agamalah sumber kekuatan itu. Sebab hanya agamalah yang mengajarkan tentang kepercayaan terhadap takdir, tawakkal, kesabaran, pahala dan siksa. Dengan kepercayaan terhadap takdir ia bisa dengan mudah menerima kenyataan. Dengan tawakkal ia tidak akan terlalu kecewa jika ternyata jerih payahnya tak sesuai dengan harapan. Dan dengan kepercayaan terhadap pahala dan siksa ia akan bisa segera bangkit kembali tatkala didzalimi orang lain.
 Dengan kepercayaan semacam itulah jiwa akan menjadi sehat dan rohani akan menjadi kuat.
4.      Kebutuhan masyarakat terhadap motivasi dan disiplin
Hukum dan peraturan jelas tidak bisa menjamin bahwa anggota sebuah masyarakat akan bisa melaksanakan kebaikan, menunaikan kewajiban dan meninggalkan larangan. Sebab hukum dan peraturan itu tidak bisa menciptakan motivasi dan menumbuhkan kedisiplinan. Karena memanipulasi hukum adalah suatu hal yang mungkin terjadi dan mencurangi peraturan adalah bukan hal sulit untuk dilakukan.
Peran pembinaan terhadap hati nurani inilah yang tak dapat dilakukan selain oleh agama. Apalagi agama juga mengajarkan adanya “pengawasan melekat” oleh Tuhan terhadap seluruh perbuatan manusia. Motivasi hati nurani dan “pengawasan melekat” seperti inilah yang bisa menjamin suburnya nilai-nilai kebaikan dan akhlak mulia dalam masyarakat.


PENJELASAN TAUHID DAN AKIDAH ISLAM
1.      Tauhid
Secara bahasa:
Tauhid merupakan masdar/kata benda dari kata wahhada – yuwahhidu, yang artinya menunggalkan sesuatu.
Secara istilah syar’i:
Mengesakan Allah dalam hal-hal yang menjadi kekhususan diri-Nya. Kekhususan itu meliputi perkara rububiyah, uluhiyah dan asma’ wa shifat.
2.      Aqidah
Secara bahasa:
Diambil dari kata dasar “al-‘aqdu” yaitu ikatan.
akidah Islam adalah dasar-dasar pokok keyakinan atau kepercayaan yang harus diyakini kebenarannya oleh orang Islam. Dasar-dasar tersebut harus dipegang teguh oleh orang Islam.

Disqus Shortname

Comments system